Berbagi Tanggung Jawab dengan Anak

Bunda pasti setuju bahwa membahagiakan anak nggak bisa disamakan dengan memanjakan anak. Yang pertama wajib dilakukan setiap orang tua, sedangkan yang kedua sebaiknya nggak diterapkan, terutama pada anak balita seperti Noofa. Di usia-usia inilah anak-anak merekam kebiasaan yang berlangsung di sekitar mereka dan membawanya sampai dewasa. Tentu Bunda nggak mau putra-putrinya nanti tumbuh menjadi remaja yang nggak tahu tentang urusan-urusan sederhana, seperti takaran deterjen untuk mencuci pakaian, cara menjemur baju yang benar, apalagi menyetrika. Bunda sendiri juga yang akan kecapaian kalau mereka nggak mau mencuci pakaian mereka sendiri, membersihkan rumah, bahkan mencuci piring mereka sendiri.

Dibandingkan anak zaman dulu, kebanyakan anak masa kini memang lebih difokuskan pada tanggung jawab belajar dan belajar, mengerjakan PR sekolah, les ini les itu. Semakin sedikit orang tua memberi anak tanggung jawab mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, semisal mencuci pakaian, menyapu, dan mengepel. Padahal menurut hasil penelitian, orang tua yang nggak memberi anak tanggung jawab tugas-tugas di rumah sebenarnya malah memperlambat perkembangan si anak. Hayo… Bunda pilih mana?

Lalu, bagaimana melatih anak mengerjakan tugas rumah tangga?

Menurut banyak sumber, mengajarkan tanggung jawab rumahan sebaiknya dimulai ketika anak masih balita karena dalam masa ini anak memiliki rasa penasaran dan keinginan untuk membantu yang tinggi. Tentu saja Bunda nggak bisa melibatkan si kecil dalam pekerjaan-pekerjaan yang berurusan dengan benda-benda tajam, panas, dan bahan-bahan kimia seperti deterjen.

Sering kali kita melihat si kecil duduk di dekat kita ketika kita sedang membereskan cucian. Daripada meminta mereka bermain sendiri, lebih baik ajak si kecil ‘bermain’ bersama kita. Misalnya, minta mereka mencocokkan pasangan kaus kaki yang sudah kering atau memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Cukup sampai di sini untuk urusan cuci-mencuci, memasukkan deterjen dan menyetrika perlu Bunda kerjakan sendiri.

Selain cuci-mencuci, masih banyak tugas-tugas lain yang bisa melibatkan si kecil. Contohnya, membereskan mainan mereka sendiri, memetik sayuran, dan membawa alat makan mereka ke dekat tempat cuci piring setelah makan. Wajar kalau Bunda menjadi gemas atau geregetan karena si kecil mengerjakannya sangat lambat, tapi Bunda akan menuai hasilnya di kemudian hari.

Seiring pertumbuhan usia mereka, Bunda bisa meningkatkan keterlibatan mereka, jadi membantunya nggak setengah-setengah lagi tapi sampai tuntas. Dengan target mereka bisa mencuci baju sendiri pada umur 11 atau 12 tahun, bayangkan betapa lebih ringan tugas Bunda. Pada usia itu, Bunda sudah bisa lepas tangan urusan cuci-mencuci pakaian anak karena Bunda sudah menanamkan ajaran “pakaian kamu, tanggung jawab kamu dari memilih deterjen sampai menyetrika.”

Melatih anak-anak mengerjakan tugas rumah tangga nggak cuma untuk ibu rumah tangga yang punya lebih banyak waktu di rumah. Pembelajaran ini justru sangat baik untuk para orang tua yang sibuk bekerja di luar rumah karena bisa menjadi kesempatan berharga menghabiskan lebih banyak waktu berkualitas dengan si kecil. Punya asisten rumah tangga atau nggak, melatih tanggung jawab anak tetap sangat perlu dilakukan. Dan membiasakan anak mengerjakan tugas-tugas rumah tangga nggak sama dengan mengeksploitasi anak. Beda ya Bun…